Mengenal Zero Waste Adventure, Kegiatan Bertualang Tanpa Sampah


Sumber: Zero Waste Adventure

Sampah merupakan permasalahan yang mengancam lingkungan serta kehidupan kita. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya adalah dengan melakukan sosialisai dan edukasi  tentang bagaimana mengelola sampah dalam kehidupan sehari-hari.  Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Siska Nirmala, pelaku gaya hidup zero waste sekaligus pendiri toko Nol Sampah, yang telah memprakarsai gerakan Zero Waste Adventure.

            Dalam Webinar bertajuk “Let’s Travel And Be A Zero Waste Warrior” yang diselenggarakan oleh yayasan Kehati pada Jum’at (25/02/2022), Siska menjelaskan Zero Waste Adventure adalah kegiatan bertualang di alam bebas dengan tidak menghasilkan sampah. Ia mengaku telah melakukan gerakan ini sejak 2012.

            Gerakan Zero Waste Adventure bermula dari kegelisahannya melihat banyaknya sampah saat mendaki gunung Rinjani pada 2010. Saat itu, ia langsung terpikirkan kontribusi apa yang mampu ia berikan untuk alam.  “Setelah itu jadi berpikir, ‘kenapa nggak naik gunungnya dengan tidak menghasilkan sampah?’” ucap Siska.

            Pada 2012, Siska mulai melakukan pendakian tanpa menghasilkan sampah. Ia memfokuskan gerakan Zero Waste Adventure pada kegiatan pendakian karena menurutnya kegiatan tersebut paling berpotensi menghasilkan sampah. Ia menyebutkan beberapa jenis potensi sampah yang paling dominan dalam kegiatan pendakian, diantaranya adalah botol mineral sekali pakai, makanan berkemasan, kantong plastik, tisu kering tali rafia, kaleng gas, seta baterai dan alat P3K.  

            Meski begitu, Siska menyebutkan bahwa dengan Zero Waste Adventure, barang-barang tersebut dapat diganti dengan alternatif lain. Misalnya, para pendaki bisa mengganti  botol minum sekali pakai dengan  tumblr atau hydrobag. Pendaki juga bisa mengganti makanan kemasan dengan membawa sayur-sayuran, buah-buahan, atau daging yang tidak berkemasan plastik. Sedangkan penggunaan kantong plastik bisa diganti dengan drybag atau trash bag yang bisa dipakai ulang dan tidak hanya sekali pakai. Siska juga mengajak para pendaki untuk tidak menggunakan tisu basah karena tisu basah merupakan jenis sampah yang tidak bisa terurai. Ia mengatakan penggunaan tisu dapat diganti dengan membawa kain sapu tangan atau lap. Para pendaki juga dapat mengganti tali rafia sekali pakai dengan tali prusik. Selain itu, pengunaan kaleng gas untuk memasak, bisa diganti dengan menggunakan kompor spirtus. Sedangkan untuk baterai dan alat P3K, Siska mengatakan belum ada pilihan alternatif lain untuk barang tersebut. Namun, ia menyarankan agar pendaki tidak menggunakan peralatan yang memakai baterai secara berlebihan. Untuk alat-alat P3K, ia menghimbau pendaki agar bertualang dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan, agar alat-alat P3K tidak dibutuhkan saat mendaki.

            Menurut Siska, saat ini sudah banyak pegiat alam yang melakukan aksi peduli lingkungan dengan membersihkan dan mengumpulkan sampah. Namun, masalahnya adalah tidak semua sampah bisa didaur ulang. Melalui gerakan Zero Waste Adventure, Siska ingin merubah paradigma dalam mengatasi permasalahan sampah.

            Dengan melakukan Zero Waste Adventure, banyak manfaat yang didapatkan, salah satunya adalah tidak menghasilkan sampah. “Saat turun gunung kita bakal punya pengalaman yang berbeda karena nggak bawa sampah,” ujar Siska.

 Sebelumnya, Siska sudah melakukan gerakan Zero Waste Adventure saat mendaki ke lima gunung di Indonesia, yaitu gunung Gede, Papandayan, Tambora, Lawu, dan Argopuro. Siska mengatakan, dalam ekspedisi di Argopuro, rombongan pendaki lain membawa karung isi sampah yang dihasilkan selama lima hari, sedangkan rombongan pendaki zero waste tidak membawa pulang sampah apapun. “Kalau ada ratusan pendaki ke Argopuro, dalam sebulan bisa berapa ribu karung sampah yang dihasilkan pendaki di Argopuro?” kata Siska.

Komentar

Postingan Populer